Sabtu, 26 November 2011

Pengertian Dasar Ekologi Tumbuhan dan Tumbuhan dalam Lingkungan


Pengertian dasar ekologi tumbuhan
Ekologi merupakan interaksi  makhluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan ekologi tumbuhan merupakan interaksi tumbuhan dengan lingkungannya.
Menurut beberapa ahli ekologi merupakan:
Ernest Haeckle : Ilmu yang mempelajari  alam, anorganik, maupun lingkungan di sekitarnya.
Eugene P. Odum : Ilmu yang mempelajari  interaksi alam kehidupan,dengan alam.
Kendelgh : Ilmu yang mempelajari interaksi antara hewan dan tumbuhan.
Pengertian Sinekologi dan Autekologi
Sinekologi : ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu
 Autekolog : ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Perbedaan sinekologi dengan autekologi yaitu: sinekologi (bersifat experimental, induktif,dll), sedangkan autekologi (bersifat filosofi, deduktif,dll).
Aspek pokok dalam ekologi tumbuhan yaitu:
Agronomi : pengelolaan tanaman pertanian dengan lingkungannya untuk mendapatkan pertumbuhan hasil panen yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Fisiologi tanaman : penglolaan tanaman sesuai dengan ungsi tubuh tanaman tersebut.
Klimatologi partanian : pengelolaan tanaman sesuai dengan iklim.
Ada beberapa manfaat ekologi yaitu :
1.      Manfaat dalam bidang pertanian
2.      Manfaat dalam  bidang perairan
3.      Manfaat dalam bidang kehutanan
4.      Manfaat dal bidang perkotaan  
Partanyaan dalam diskusi tentang pengertian dasar ekologi tumbuhan pada kamis 24 November 2011 :
1.      Bagaiman cara mengelola hutan berkelanjutan ?
2.      Bagaimana cara mengontrol gulma dan prosesnya ?
3.      Apa maksud dari deskriftif, dan apa perbedaan antara bersifat experimental dengan filosofis ?



Tumbuhan dalam Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat makhluk hidup tinggal dan dapat menyesuaikan diri. Lingkungan dapat di bedakan menjadi 2 yaitu ; lingkungan makro dan lingkungan mikro. Di mana lingkungan makro merupakan hubungan makhluk hidup dengan lingkungan secara umum (regional), sedangkan lingkungan mikro yaitu lingkungan yang paling dekat dengan tanaman yang secara potensial berpengaruh terhadap organ tanaman tersebut. Faktor pembatas faktor yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan suatu ekosistem.
Hukum mengenai faktor pembatas yaitu:
·         Hukum toleransi shelfoid : lengkap atau tidak tergantung pada kompleks keadaan.
·         Hukum toleransi leibig : memiliki bahan-bahan penting untuk tumbuh dan berkembang biak. Contohnya, air memiliki batas minimum.
Macam-macam faktor pembatas yaitu:
Ø  Temparatur
Ø  Radiasi sinar dan intensitas cahaya
Ø  Air
Ø  Lamanya penyinaran
Ø  Kelembaban
Ø  Garam-garam biogenik
Ø  Arus dan tekanan
Ø  Tanah
Ø  Api
Adapun lingkungan biotik terdiri dari komponen-komponen yang berasal dari makhluk hidup (yang berupa organism lain sejenis atau yang berlainan jenis dengan tanaman yang ditanam yang berintraksi dengan tanaman budidaya), sedangkan lingkungan abiotik terdiri dari komponen-komponen tak hidup, misalnya matahari, udara, air, suhu, kondisi atmosfer, dan lain-lain. Relung ekologi (Niche) : habitat dalam ruang lingkup yang luas, tidak hanya pada satu ekosistem.
Strategi tumbuhan terhadap stress yaitu :
·         Stress biotik : strategi tumbuhan terhadap gangguan herbivore.
·         Stress abiotik : strategi tumbuhan terhadap kelebihan air, strategi tumbuhan terhadap kekurang air.
Adaptasi : kemampuan berkembang suatu populasi saat ini merupakan hasil proses adaptasi yang panjang.
Adaptasi makhluk hidup terbagi menjadi 3 yaitu:
*      Adaptasi morfologi, contohnya ; teratai
*      Adaptasi fisiologi, contohnya ; kantung semar
*      Adaptasi tingkah laku, contohnya ; putri malu
Partanyaan dalam diskusi tentang tumbuhan dalam lingkungan tumbuhan pada kamis 24 November 2011 :
1.      Yang di maksud lingkungan mikro dan tanah sebagai faktor pembatas ?
2.      Bagaimana pengaruh arus dalam menghambat dan mempercepat pertumbuhan ?
3.      Perbedaan adaptasi morfologi dan adaptasi fisiologi ?

Jumat, 25 November 2011

Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Petani

Pendahuluan
Kemiskinan dan kelaparan adalah permasalahan terutama bagi negara-negara berkembang, temasuk Indonesia. Data menunjukan bahwa tingkat kemiskinan masih sangat signifikan; Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menyatakan jumlah penduduk miskin dinyatakan tidak banyak berubah dari tahun 2009, yakni 14,15 persen atau 32,5 juta orang miskin. Tingkat kemiskinan di daerah juga sangat memperihatinkan, setidaknya ada 10 provinsi yang tingkat kemiskinannya sangat tinggi yakni provinsi Papua 36,80 persen, Papua Barat 34,88 persen, Maluku 27,74 persen, Sulawesi Barat 23,19 persen, Gorontalo 23,10, dan keenam NTT 23,03 persen. Kemudian Nusa Tenggara Barat (NTB) 21,55 persen, Aceh 20,98 persen, Lampung 18,94 persen, Bengkulu 18,30 persen, dan Sulawesi Tengah 18,07 persen. Ironinya angka kemiskinan justru menunjukan daerah-daerah yang mempunyai lahan yang sangat luas dan mempunyai kekayaan alam yang berlimpah. Salah faktor kemiskinan adalah menurunnya kuantitas dan kualitas kekayaan alam. Menurunnya kualitas dan kuantitas kekayaan alam ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang memberikan sepenuhnya hal ini pada mekanisme pasar dan pengelolaan sektor privat. Dengan demikian tentunya akan terjadi keterbatasan untuk mengakses lahan, air, dan sumber lain yang produktif, oleh masyarakat—khusus dalam hal ini para petani.
Hal ini diperkuat dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 25/2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dengan berbagai turunannya yang memberikan peluang bagi investor untuk semakin menguasai lahan pertanian produktif. Masalah kemiskinan juga dapat dilihat dengan ketidakadilan pada penguasaan faktor produksi tanah. Hingga saat ini kepemilikan lahan petani di Jawa rata-rata 0.3 hektar dan diluar Jawa 0.5 hektar. Sedangkan perusahaan-perusahaan besar, lewat Hak Guna Usaha (HGU) bisa menguasai ratusan ribu hektar sendirian. Akibatnya petani yang ingin memproduksi tanaman pangan tidak mempunyai akses terhadap tanah-tanah pertanian. Keterbatasan lahan dan sumber-sumber produktif lain berpotensi membuat petani hanya menjadi buruh upah harian pada sistem perkebunan, yang berujung pada kemiskinan struktural. Saat harga pangan mahal, petani yang berupah rendah tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan pangannya. Hal ini yang menyebabkan bertambahnya angka gizi buruk di Indonesia. Ujungnya dapat ditebak: kemiskinan dan kelaparan menjadi masalah besar. (Internasiolokalitas's Blog.htm)
Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005-2009 dilaksanakan melalui tiga program, yaitu (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan agribisnis, dan (3) Program peningkatan kesejahteraan petani. Program ketahanan pangan tersebut diarahkan pada kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi pangan; menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman dan halal di setiap daerah setiap saat; dan antisipasi agar tidak terjadi kerawanan pangan. Pada kenyataannya program ketahanan pangan tersebut belum bisa terlepas sepenuhnya dari beras sebagai komoditi basis yang strategis. Hal ini tersurat pada rumusan pembangunan pertanian bahwa sasaran indikatif produksi komoditas utama tanaman pangan sampai tahun 2006 dan cadangan pangan pemerintah juga masih berbasis pada beras. Namun demikian, dengan semakin berkurangnya areal garapan per petani, keterbatasan pasokan air irigasi dan mahalnya harga input serta relatif rendahnya harga produk dapat menjadi faktor-faktor pembatas/kendala untuk program peningkatan kesejahteraan dan kemandirian petani yang berbasis sumberdaya lokal tersebut. Upaya untuk menuju pada peningkatan kesejahteraan petani secara operasional akan dilakukan melalui pemberdayaan penyuluhan, pendampingan, penjaminan usaha, perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi. Beberapa upaya tersebut memang relatif sangat diperlukan namun faktor kendala seperti disebutkan terdahulu perlu mendapatkan perhatian yang cermat hingga di tingkat daerah. Hal tersebut dapat dimengerti mengingat sebagian besar petani di Indonesia untuk komoditas beras masih tergolong petani subsisten dalam artian berperan sebagai produsen sekaligus konsumen beras. Dengan demikian maka jumlah beras yang dijual ke pasar akan sangat bergantung pada surplus konsumsi rumahtangga dan harga beras serta harga barang lain yang diperlukan petani dari industri lain. (Ekonomi rakyat.org  )
Dalam hal ini jika kesejahteraan petani dapat ditingkatkan maka akan berdampak pula pada kesejahteraan dan peningkatan gizi masyarakat menengah ke bawah khususnya keluarga petani yang hanya mengandalkan hasil pertanian sebagai pendapatan utama dalam memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Pembahasan
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah sebagai berikut:
1.      Perluasan lahan pertanian
Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tingggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat untuk meningkatkan produksi hasil pertanian mereka semaksimal mungkin, menuju swasembada pangan. Tetapi tantangan menuju cita-cita tersebut sangat besar, terutama karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Seperti yang kita ketahui saat ini banyak lahan pertanian yang dijadikan sebagai lahan pemukiman dan lahan bangunan industri yang akhirnya membuat lahan pertanian semakin. sempit. Lahan pertanian yang sempit dapat menurunkan tingkat produksi hasil pertanian, sehingga luas lahan pertanian pun sangat berpengaruh pada tingkat produksi dan kesejahteraan petani saat ini. Kemajuan pertanian tidak akan dapat diraih tanpa infrastruktur yang memadai. Dalam hal ini perlunya perluasan lahan pertanian, dimana perluasan lahan pertanian ini dapat ditingkatkan dengan cara memanfaatkan lahan yang kurang produktif diolah menjadi lahan yang subur, membuka hutan di daerah-daerah yang penduduknya masih tipis seperti di Sumatra, Kalimantan, dll, serta proyek persawahan pasang-surut di pulau-pulau tersebut, dan tidak hanya membangun  lahan lahan industri dan mengambil bahan tambang yang ada tapi harus di pikirkan dampak yang dapat di timbulkan dari pengerukan bahan-bahan tambang tersebut, karena lahan pertanian juga sangat penting. Sebagai upaya untuk meningkatakan kesejahteraan petani dan sebagai upaya untuk meningkatkan pemenuhan  gizi masyarakat menengah ke bawah. Karena pembangunan masyarakat Indonesia yang seutuhnya berawal dari pemenuhan gizi seimbang.
2.      Penyuluhan usahatani
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya agar mereka dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka. Sebagai pendidikan non formal, penyuluhan pertanian mempunyai potensi yang besar untuk mempeluas jangkauan pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada sehingga dengan penyuluhan usahatani dapat meningkatkan produktifitas serta kualitas usahatani. Dalam proses penyuluhan juga perlu di tekankan tentang bagaiman strategi atau cara petani mengolah tanah, cara persemaian benih, strategi irigasi yang baik, cara pemupukan yang efektif, serta cara penanggulangan hama dan gulma yang preventif dan yang mampu menjaga lingkungan, serta solusinya tidak hanya penggunakan pestisida atau bahan-bahan kimia lainnya, sehingga lingkungan serta kesehatan tetap terlindungi atau terjaga dari kontaminasi dengan bahan-bahan yang berbahaya. Dan upaya ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani serta masyarakat khususnya masyarakat yang berada dari tempat yang jauh dari akses informasi. Oleh karena itu pemerintah sebagai fasilitator harus lebih peka dengan keadaan masyarakat  pedesaan yang kurang mendapatkan akses informasi yang berhubungan dengan bagaimana cara meningkatkan produksi hasil pertanian mereka.
3.      Penanggulangan hama terpadu
Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan pancaindera (mata). hama tersebut dapat berupa binatang, dan dapat merusak tanaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Hama yang meruak tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan atau gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung biasanya melalui suatu penyakit. Sedangkan enyakit tanaman adalah penyebaaab kerusakan pada tanaman selain yang disebabkan oleh hama, penyakit tersebut dapat berupa cendawan, bakteri, virus, keadaan fisiologi yang merugikan.      Kurangnya pengetahuan petani tentang hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian mereka dapat berdampak besar karena dengan adanya hama dan penyakit pada tanaman pertanian mereka dapat menyebabkan gagal panen dan dapat mengurangi hasil produksi, karena dengan adanya gangguan dari luar sangat menentukan berhasil atau tidaknya usaha pertanian. Biasanya masyarakat pedesaan yang kurang mengetahui hal itu hanya pasrah dengan hasil yang mereka dapatkan karena mereka merasa telah melakukan yang terbaik sehingga mereka berharap dapat hasil yang memuaskan dan semaksimal mungkin. Oleh karena itu mereka sangat membutuhkan bantuan dari pihak-pihak ahli dalam bidang pertanian untuk membantu mereka dalam mengatasi hal tersebut. Seperti yang kita ketahui para petani di pedesaan memilih pemberantasan hama dengan cara yang instan dan harga yang murah tanpa memikirkan akibat yang dapat ditimbulkan dari pestisida yang mereka gunakan baik yng aman bagi kesehatan maupun lingkungan. Mereka hanya menginginkan hasil yang didapatkan dan keuntungan yang besar.
Pemberantasan hama dapat dilakukan dengan cara PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dapat diakibatkan oleh pestisida yang digunakan petani. PHT merupakan teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman ramah lingkungan, yang saat ini merupakan bagian penting dalam pelaksanaan 65.000 unit SL-PTT padi di Indonesia. Implementasi PHT yang benar pada dasarnya akan menghindarkan terjadinya kekeliruan dalam pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman, seperti penggunaan pestisida yang sangat toksik, terjadinya residu pestisida yang melebihi BMR (batas maksimum residu) yang berpotensi mencemari lingkungan dan merusak kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, implementasi PHT untuk mencapai kondisi pembangunan pertanian yang berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan korido-koridor berikut: Pemilihan varietas tahan, teknologi pengendalian hama secara hayati, pergiliran varietas antarmusim dan mozaik varietas, perbaikan teknik budidaya, pengendalian hama berdasarkan ambang ekonomi, minimalisasi residu pestisida, serta mengoptimalisasi penggunaan air. Akan tetapi dalam menerapkan PHT masyarakat perlu bimbingan, sehingga dapat mengoptimalisasi hasil produksi pertanian dan sebagai upaya mensejahterakan petani untuk kehidupan yang lebih sejahtera.     
                                                                                                

4.      Penyediaan benih unggul yang berkualitas
Ketersediaan benih berbagai jenis tanaman yang bermutu tinggi merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha di bidang pertanian. Hal tersebut dapat dicapai melalui program industri benih yang mantap. Berbagai masalah pembenihan merupakan kendala bagi keberhasilan industri benih, masalah penting diantaranya adalah kerusakan atau kemunduran benih (seed deterioration). Kemunduran benih merupakan suatu proses merugikan yang dialami oleh setiap jenis benih yang dapat terjadi setelah benih masak dan terus berlangsumg selama benih mengalami proses pengolahan, pengemasan, penyimpanan, dan trasportasi. Proses kemunduran benih tidak dapat dihentikan, namun dengan menerapkan ilmu yang sesuai proses kemunduran benih dapat dikendalikan sehingga berlangsung dengan lambat. Hal ini dapat di atasi dengan cara mengetahui bagaimana prinsip serta bagaiman cara penyimpanan benih yang baik. Dan ini merupakan salah satu hal yang sangat perlu dan penting untuk di perhatikan adalah benih (bibit). Benih pertanian yang berkualitas akan sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi hasil  pertanian. Oleh karena itu petani dan pemerintah harus bekerjasama dalam rangka penyediaan benih yang berkualitas, serta benih yang memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, sehingga benih yang digunakan adalah bibit yang memiliki kualitas yang tinggi. Karena benih merupakan awal dari proses pertumbuhan, oleh karena itu, benih yang berkualitas sangat di perlukan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas juga. Dengan penyedian benih yang berkualitas akan sangat membantu petani dalam meningkatkan hasil produksi pertanian dan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani serta masyarakat umum.




5.      Menerapkan sistim usahatani berkelanjutan 
Untuk mewujudkan sistim usahatani berkelanjutan dapat dilakukan pergantian tanaman. Misalnya apabila musim kemarau tiba, petani melakukan pergiliran tanaman. Mulai dengan menanam jagung, menanam kedelai juga kacang panjang, ada juga yang melakukan pola padi, jagung dan tembakau. Pergiliran tanaman difungsikan agar petani tetap produktif bercocok tanam meski pasokan air berkurang, sehingga dilakukan penanaman palawija. Selain itu juga dapat mulai menanam aneka sayuran seperti mentimun, melon, kacang tanah, cabe  dan bawang-merah dan lainnya. Pola pergiliran tanaman juga mempunyai fungsi penting yaitu untuk memutus siklus perkembang-biakan hama dan penyakit tanaman, selain itu juga untuk menekan terjadinya erosi dan mencegah terkurasnya unsur hara dari dalam tanah. Pergiliran tanaman diperlukan juga untuk mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah. Pergiliran tanaman sangat disarankan agar petani tetap produktif dan terus dapat memetik hasil bercocok tanamnya meski musim kering. Pergiliran tanaman dapat mengatasi kemungkinan gagal panen, karena pergiliran tadi dapat memutus siklus hidup hama yang berjangkit pada suatu areal. Penanaman padi pada hamparan sawah diusahakan secara serentak, dengan maksud mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit. Sehingga dapat meningkatkan hasil produksi setiap kali panen dalam hal ini adalah padi (beras), karena beras adalah salah satu bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat indonesia. Oleh sebab itu beras memegang peranan penting di dalam kehidupan ekonomi dn situasi beras secara langsung dapat mempengaruhi situasi bahan-bahan konsumsi lainnya, bahwa jika harga beras di pasaran terus meningkat, maka harga barang-barang konsumsi lainnya cenderung ikut meningakat. 
                                         
6.      Pengelolaan Tanaman Secara Terpadu (PTT)
Pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT) adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan. PTT komoditas dapat dirancang berdasarkan pengalaman implementasi berbagai sistem intensifikasi yang pernah dikembangkan di Indonesia, hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar lahan telah mengalami kemunduran kesuburan, dan adopsi filosofi Sistem Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification) yang semula dikembangkan di Madagaskar.Tujuan penerapan PTT komoditas (misalnya jagung) adalah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu. Prinsip PTT mencakup empat unsur, yaitu integrasi, interaksi, dinamis, dan partisipatif.

7.      Penyediaan Pupuk Bersubsidi lebih Ditingkatkan

Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik. Dalam hal ini adapun yang dimaksud dengan pupuk organik dan pupuk anorganik yaitu: pupuk organik (pupuk alam) yaitu pupuk yang tidak dibuat di pabrik, pupuk organik juga dicirikan dengan kelarutan unsur haranya yang rendah di dalam tanah. Biasanya penggunaan pupuk ini ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Meskipun unsur hara rendah, akan tetapi bila sifat fisik telah diperbaiki maka sifat kimianyapun bias berubah: contoh: pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, Night soil (pupuk kotoran). Pupuk alam mengndung humus. Sedangkan yang dimaksud pupuk anorganik (pupuk buatan) yaitu yang dibuat dipabrik. Umumnya kandungan unsure hara dan kelarutannya tinggi. Berguna untuk memperbaiki sifat kimi tanah, misalnya: urea, TSP, DAP,dll.  Sebagaimana kita ketahui, bahwa pada umumnya tanaman itu mempunyai jaringan-jaringan dan memerlikan enzim-enzim . jaringn-jaringan dibangun dari karbohidrat-karbohidrat, lemak-lemak, protein-protein dan nukleoprotein, sedangkan enzim-enzim ialah untuk memungkinkanjaringan-jaringan tersebut berfungsi. Jaringn seperti misalnya dengan:karbon, oksigen, hydrogen, nitrogen, fosfor dan belerang. Untuk pembentukan enzim-enzim diperlukan walaupun sangat minim unser-unsur: besi, mangan, seng, tembaga, boron, molibdinum serta kadang-kadang pula kobalt (Co). sedangkan untuk keperluan-keperluan lainnya diperlukan oleh tanaman unsur-unsur: Kalium, Magnesium, Kalsium serta kadang-kadang Natrium, Klor dan unsur-unsur elektrolit lainnya . unsur-unsur seperti: Silkia,dan Aluminium kemungkinan besar diperlukan oleh jaringan tanaman. Dalam hal ini fungsinya tidak begitu jelas kecuali unsur-unsur Karbon, Hydrogen, dan Oksigen (C,H,O). Unsur-unsur yang diperlukan tanaman diserap diperoleh tanaman dari udara dan air. Unsur Nitrogen berasal dari ion-ion amonium dan nitrat, terutama dari pemupukan selain dari fiksasi  Nitrogen udara. Oleh kerena itu¸  seiring dengan berjalannya waktu dan terus menerusnya dipakai unsur-unsur hara yang terdapat di dalam tanah oleh tanaman, sehingga unsur hara yang ada di dalam tanah itu sendiri sewaktu-waktu dapat berkurang dan bahkan hilang. Serta unsur-unsur hara tersebut harus dikembalikan lagi ke tanah dengan cara pemupukan untuk kebutuhan  tumbuhan selanjutnya yang sangat membutuhkan unsur-unsur hara tersebut. Sehingga kebutuhan pupuk yang sangat penting bagi petani dan tidak bias dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Jadi dalam hal ini perlunya perhatian untuk terus meningkatkan produksi pupuk bersubsidi yang akan disalurkan kepada masyarakat, khususnya para petani yang berada di pedesaan dan umumnya seluruh petani di Indonesia yang sangat membutuhkan pupuk untuk kelangsungan hidup tanaman pertanian mereka dan sebagai upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah petani. Yang akan secara langsung berdampak pada peningkatan hasil pertanian serta produksi pertanian. Di sini perlu ditegaskan lagi bahwa pupuk bersubsidi sangat di butuhkan oleh para petani, mengingat saat ini pupuk bersubsidi dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga petani tidak dapat membeli pupuk bersubsidi yang kualitasnya lebih baik dan kualitas pupuk sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.     

8.      Meminimalkan Impor Hasil Pertanian


Upaya yang penting dilakukan juga adalah meminimalkan impor hasil pertanian dari luar negeri, karena hasil pertanian impor cenderung harganya lebih murah dibandingkan harga hasil pertanian lokal yang dapat menyebabkan menurunnya daya beli atau minat masyarakat dalam membeli maupun mengkonsumsi hasil pertanian lokal. Padahal dilihat dari cita rasa maupun kualitas hasil pertanian lokal tidak jauh berbeda dengan hasil pertanian impor. Dengan berkurangnya minat serta daya beli masyarakat terhadap hasil pertanian lokal dapat berdampak kurang baik terhadap penghasilan petani lokal yang sangat membutuhkan dukungan dari masyarakat luas pada umumnya masyarakat Indonesia. Sehingga diharapkan pihak-pihak yang berwenang dalam menentukan kebijakan dapat memberikan keputusan yang dapat menyejahterakan petani kita dengan baik, bahwa dari hasil pertanian itulah khususnya keluarga petani menggantungkan hidup mereka, serta untuk mencerdaskan anak bangsa yang akan menjadi penerus dan tonggak berdirinya suatu masyarakat yang memiliki dayasaing yang tinggi dan dapat menghasilkan benih atau varietas unggul, ketika petani serta masyarakat menengah kebawah dapat disejahterakan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan kemarin hingga saat ini.   



9.      Harga Hasil Pertanian Lebih Ditingkatkan

Mengingat saat ini harga hasil pertanian sedang dalam keadaan kurang normal, khususnya padi yang menjadi sumber serta bahan makanan pokok masyarakat Indonesia, harga padi saat ini di lapangan sedang mengalami kemerosotan harga yang tidak sesuai dengan pengeluaran petani saat ini, mulai dari harga benih yang berkualitas terus meningkat, harga pupuk bersubsidi yang harganya mahal dan sulit didapatkan oleh para petani. Sedangkan harga kebutuhan pokok seperti beras dan bahan pokok lainnya terus mengalami kenaikan harga di pasaran yang menyebabkan keluarga petani dan masyarakat menengah kebawah menjadi sulit menjangkau bahan makanan pokok yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan gizi yang sangat penting, untuk melakukan berbagai aktifitas dalam menopang kehidupan mereka. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghasialan keluarga petani yaitu mengoptimalkan harga beli hasil pertanian dilapangan sesuai dengan biaya yang di keluarkan petani serta diharapkan harga benih yang berkualitas dan harga pupuk juga dapat di optimalkan sedemikian rupa, sehingga petani dapat menjangkau harga bahan pokok yang sangat dibutuhkan seperti beras dan bahan pokok lainnya.      


Sehingga dalam hal ini dengan meningkatnya hasil produksi pertanian, pada umumnya keluarga petani yang berada di daerah pedesaan dapat meningkatkan pemenuhan gizi dengan baik. Pemenuhan gizi masyarakat menengah ke bawah dapat terpenuhi dengan harga pangan yang relative murah dan dapat dijangkau serta memiliki kualitas yang baik. Memiliki kandungan gizi yang masih utuh, sehingga makanan yang dikonsumsi tidak hanya membuat kenyang akan tetapi memiliki nilai gizi yang tinggi, dan dapat memenuhi kebutuhan gizi dalam tubuh.
Harga kebutuhan pokok yang relative murah sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizinya, seperti mengupayakan harga padi tetap stabil. Karena padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusi, karena padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energy.oleh karena itu padi disebut juga makanan energi. Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1821 kalori. Apabila kebutuhan tersebut disetarakan dengan beras, maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. beras mengandung zat makanan yang diperlukan oleh tubuh, antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Di samping itu bers mengandung beberpa unsure mineral, antara lain: calsium, magnesium, sodium, fospor, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penelitian, dapat diketahui susunan atau komposisi zat makanan yang terkandung pada beras, yakni seperti yang dicantumkan oleh Platt, Kikk dan Williams, Rosedale. Para pakar ini mengelompokkan berdasarkan dua perlakuan, yaitu komposisi zat makanan pada buah padi pecah kulit, dan perlakuan kedua adalah padi hasil gilingan.
Tabel komposisi zat makanan pada buah padi

Kandungan
Pecah kulit
Digiling
platt
Kikk dan Williams
Rosedale
platt
Kikk dan Williams
Rosedale
Lemak
2,45
2
2,23
0,37
0,3
0,4
Serat kasar
0,88
1
0,6
0,16
0,2
0,4
Abu
1,22
1,9
1,19
0,36
0,4
0,9
Protein
8,67
8,9
9,54
8,15
7,6
6,7
karbohidrat
86,67
77
86,34
90,79
79
91,4
   Sumber: AAK budidaya tanaman padi  
















Penutup
Setiap orang  memiliki keinginan untuk sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, atau suatu kondisi di mana semua orang dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.  Ukuran kesejahteraan secara ekonomi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu  konsumsi dan produksi (skala usaha). Dari sisi konsumsi , kesejahteraan dapat didekati dengan cara menghitung seberapa besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau rumahtangga untuk kebutuhan pangan dan sandang, serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode tertentu.
Beragam cara dan strategi yang ditempuh oleh individu dan/atau rumahtangga untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang setinggi-tingginya, termasuk di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan kecukupan pangannya.
Seorang petani atau rumahtangga tani yang bersifat komersial akan selalu berpikir bagaimana dapat mengalokasikan sarana-produksinya seefisien mungkin untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimal (profit maximization). Dalam hubungan ini, mereka harus memahami bagaimana hubungan input-output yang dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi merupakan hubungan antara tingkat produksi dengan faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor yang lain dianggap penggunaannya tetap pada tingkat tertentu. Hal ini berimplikasi pada bagaimana petani atau rumahtangga tani mengalokasikan sumberdayanya ke dalam aktivitas produktifnya untuk dapat menghasilkan income yang sebanyak-banyaknya.
Seorang petani atau rumahtangga tani yang bersifat subsisten akan selalu berpikir bagaimana dapat menggunakan sumberdayanya untuk dapat memperoleh hasil produksi yang sebanyak-banyaknya (production maximization). Hasil-hasil produksinya ini akan dikonsumsi dan sebagian disimpan untuk dapat digunakan pada saat-saat tidak ada panen.
Sebagian petani atau rumahtangga tani berperilaku semi subsisten, yang mempunyai ciri-ciri: (1) tidak terpisahnya antara kegiatan produksi dengan rumah tangga petani, (2) tujuan produksi tidak semata-mata untuk dipasarkan, tetapi juga untuk memenuhi konsumsi rumah tangganya, (3) penggunaan tenaga kerja keluarga lebih diutamakan, (4) terbatasnya ketersediaan tenaga kerja keluarga, dan (5) petani lebih banyak berperilaku sebagai penerima  harga input dan harga output serta tidak mampu mempengaruhinya.









Daftar pustaka

AAK. 1992. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius: Yogyakarta  

L. Justice dan Louis N. 1990. Prinsip & Praktek Penyimpanan Benih. Penerbit CV. Rajawali: Jakarta

Matnawy Huda. 1989. Perlindungan Tanaman. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Sutejo, Mul Mulyani, Ir. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta        
Untung Kasumbago. 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Penerbit Andi Offset: Yogyakarta
Winarno, F.G.  1993. Pangan, Gizi,Teknologi dan Konsumen. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Anonymous, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_23/artikel. di akses pada tanggal 23 Mei 2011